Minggu, 25 September 2011

Sekali Peristiwa Di Banten Selatan: Perlawanan Petani




Seorang kecil pun, bukan berarti tak bisa melawan. Sekali ia melawan, sebesar apapun musuh bisa diummbangkan.
Seorang petani desa bernama Ranta, menjadi korban ketidakadilan seorang juragan tanah bernama Musa. Seorang lurah di sebuah daerah terpencil di sekitaran Bannten Selatan.
Ranta bersama istrinya—Ireng—dioeralat oleh Juragan Musa. Selain diperlakukan sewenang-wenang, Ranta ternyata juga dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak sewajarnya. Suatu ketika Ranta ditemui oleh juragan Musa. Ranta di tugasi untuk mencuri bibit pohon teh milik pihak DI: Darul Islam. Salah satu pergerakan Islam radikal yang ternyata tidak membela rakyat, malah justru ikiut-ikutan merampas hak rakyat.
Menjelang malam pekat, Ranta bergegas menuju hutan untuk melaksanakan tugas dari juragan Musa. Tidak ada pilihan lain. Kalau Ranta tidak mau, siap saja ia mendapatkan penganiayaan dari Juragan Musa. Lurah yang seharusnya melindungi rakyatnya, ternyata juga sama saja menindas rakyat. Misi pun berhasil. Ranta bergegas menemui Juragan Musa dengan hasil curian. Bukan upah yang Ranta terima, malah justru pemukulan. Rupa-rupanya Juragan Musa tidak berkenan membayar upah bagi Ranta. Pulanglah Ranta dengan luka di tangan kirinya.
Bagaimanapun kesabaran manusia selalu terbatas. Kemudian hari, Juragan Musa datang lagi ke gubuk Ranta. Kali ini, Ranta sudah tidak mau lgi tinggal diam. Dengan segenap amarah yang tertumpuk, Ranta menemui Juragan Musa dengan semangat perlawanan. Ranta telah bosan dengan takut dan keputusasaan. Berbeda dari biasanya, di mana Ranta harus kerap selalu mengapurancang ketika bertemu Juragan Musa, kali ini Ranta berdiri tegak dengan tatapan igin menerkam. Ranta melawan dengan sebuah sikap, tidak dengan kekerasan. Dan meskipun baru demikian, Juragan tidak nyali untuk melawan Ranta. Juragan lari tunggang langgang. Tas dan tongkatnya luput terbawa. Dari sini awal kehancuran Juragan Musa, yang ternyata juga merupakan anggota komplotan Darul Islam yang kerap membrontak dan menjajah masyarakat.
Dengan sebuah keyakinan, Ranta melaporkan tas Juragan Musa kepada Komandan militer setempat. Isi tas pun digeledah. Nyatalah keterlibatan Juragan Musa dengan Darul Islam. Juragan Musa pun ditangkap. Seorang lurah yang ternyata pengkhianat negara.
Penangkapan atas Juragan Musa ternyata bukan kabar aman untuk waktu yang cukup lama. Karena Darul Islam pun tidak tinggal diam. Mau tidak mau, masyarakat sekitar harus berani melawan. Mengandalkan tentara militer setempat nampaknya hal yang musykil. Rakyat dilanda keragu-raguan atas keputusan tersebut. Rakyat belum siap untuk perang dan melawan Darul Islam.
Kekosongan kekuasaan lurah yang semula dipimpin Juragan Musa menjadi celah bagi Komandan untuk menunjuk Ranta menjadi lurah baru sementara, sekaligus sebagai komando perlawanan rakyat melawan Darul Islam. Di antara keraguraguan rakyat, serta ketidaklengkapan senjata, Ranta mesti bergulat meyakinkan mental rakyat, serta meyakinkan mereka. Apakah Ranta berhasil meyakinkan masyarakat untuk melawan gerombolan Darul Islam? Apakah perang benar-benar terjadi? Pembaca bisa mendapat jawabannya di sini.
Novel Sekali Peristiwa di Banten Selatan adalah novel singkat yang ditulis Pramudya Ananta Toer pada pertengahan 1958. Sebuah masa di mana konflik masih bertebaran, dan pemberontakan masih kerap terjadi. Di antaranya adalah Darul Islam. Sebuah kelompok pemberontakan yang berencana berdiri sendiri di atas tanah Indonesia. Novel ini adalah sebuah ulasan singkat tentang Reportase Pramudya saat mengunjungi Banten Selatan. Dari novel ini Pram ingin memotret sebuah kondisi di wilayah Banten Selatan yang masih kerap mengalami kekacauan, yang intinya merupakan efek gerakan Darul Islam. Namun, dari konflik ini juga Pram ingin memberi semacam pengukuhan atas pentingnya gotong-royong dan kerja sama. Bahwasanya gotong royong dan kerjasama adalah modal utama bangasa Indonesia untuk lepas dari jeratan penindasan kaum pemverontak. Seperti halnya Ranta yang begitu yakin: kebenaran tidak datang dari langit, dia mesti diperjuangkan untuk menjadi benar.***[Wid]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar